Sijunjung adalah salah satu kabupaten di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini adalah Muaro Sijunjung,,merupakan wilayah yang memiliki luas 3.130,80 km² yang terdiri dari 8 kecamatan dengan jumlah penduduk lebih dari 202.000 jiwa (Wikipedia ) …
Cukup ironis, dengan sumber saya kita yang
berkelimpahan itu ,kita (Sijunjung ) masih kalah saing dibandingkan dua
saudara muda Sawahlunto dan Dharmasraya, Apa yang
dirasakan daerah sampai saat ini tidaklah banyak berubah, memang kita
baru saja lepas dari gelar “Kabupaten Tertinggal” namun masyarakatnya
masih terjajah.. terjajah dalam ekonomi yang tidak merata, pendidikan
yang semeraut, dan generasi muda yang terlena.. kita belum sepenuhnya
MERDEKA!!
Kita yang punya sumber daya alam yang berlimpah
tersebar di pelosok daerah belum mampu meng optimalkan potensi tersebut
dengan sebenar benarnya.. SDA yang mampu menunjang perekonomian daerah
nyatanya masih dinikmati oleh hanya sebagian kaum elite. Perbedaan kelas
sosial dan ekonomi masih tampak antara kaum borjuis Sijunjung ( PNS,
Takur, Politisi ) dengan kaum proletar ( Buruh, petani karet )… pedagang
dan UKM masih berorientasi Daerah dan propinsi, inipun masih sekedarnya
saja, belum tampak prospek yang jelas.
Pendidikan yang digadang gadang menjadi titik acuan
nyatanya hanya melahirkan generasi generasi pengangguran, dengan
kreatifitas sedanya dan kurang ditempa oleh para “government” di
Sijunjung tentulah hal ini akan berjalan ditempat saja. Apalagi dengan
tidak diimbangi oleh pendidikan akhlak yang kuat di rumah maupun
disekolah. Kita jumpai banyak
sarjana2 pintar lahir, tapi masih berpatokan pada satu kata yakni
“PNS”, kalau tidak ya “nganggur” ,, banyak sarjana pintar lahir tapi
pintar secara akhlak sulit ditemukan, kalaupun ada itu hanya sementara,
sampai dia dihadapkan dgn kekuasaan dan uang,
Generasi muda yang menjadi tonggak kemajuan daerah
seolah masih dibatasi ruang geraknya oleh kelemahan kelemahan dalam
tatanan pemerintahan di sijunjung ini.. sama halnya dengan Hatta.. yang
dihargai di Belanda namun harus tersingkir di negeri sendiri.. begitu
juga halnya anak muda kita , para orang tua bersusah payah menyekolahkan
anaknya diluar daerah dengan titik peluh dan bercak darah ,,dan al
hasil , lagi lagi harus tersingkir ketika kembali ke ranah “lansek
manih” ( langsat manis ) Ada apa gerangan ?? kita abaikan isu oknum
oknum yang mempolitisi di jajaran birokrasi, potret nyata kita memang
masih kalah saing dengan SDM “kaum pendatang” ( baca orang luar
kabupaten ) .
Kepada siapa lagi masyarakat akan mengadu dan
mengemis akan nasibnya yang kian hari kian tak jelas mengikuti arus
perkembangan zaman dan politik “munafik” jajaran elite.. kepada wakil
rakyat?? Sekarang siapa yang percaya mereka ,,skrang
wakil rakyatlah yg memegang monopoli inisiatif, bukan masyarakat.
Bahkan terkesan agresif dlam mnyampaikan gagasan bahkan kemauan.
Sementara masyarakat cuma mengikutinya secara pasif.. Tak heran wakil rakyat masih menentukan hitam putihnya masyarakat… Wakil rakyat sok pemimpin rakyat.
Masyarakat seakan
dibatasi,, tidak berbicara malah ditindas , berbicara malah dianggap
pembangkang. alangkah enaknya pemerintah jika kita tidak pernah bersuara
lantang seperti sekarang ini, “public sphere” ( baca media massa lokal )
sebagai media pembelajaran bagi masyarakat disini malah masih terkesan
diintervensi oleh jajaran elite, sehingga masyarakatnya masih terpaku
pada berita berita bohong nan indah.. seolah berada di neverland, negeri
indah yang nyatanya tidak pernah ada. Kita belum sepenuhnya merdeka..
kita masih terjajah oleh ketidak pastian, kemana kita akan membawa
negeri ini,”Lansek manih” yang masih terjajah ini… haru biru berbalut
duka, anak muda yang merana masih sempat berpikir kita baik baik saja..
Mari bangkit, bersatulah wahai anak muda dan seluruh masyarakat sijunjung untuk SIJUNJUNG MERDEKA, SIJOENJOENG VRIJ …..
“Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa
dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk
pekerjaan kita selesai ! Berjuanglah terus dengan mengucurkan
sebanyak-banyak keringat. “Tuhan menciptakan bangsa untuk maju melawan
kebohongan elit atas, hanya bangsanya sendiri yang mampu merubah nasib
negerinya sendiri.”” (, 1950 Bung Karno)
Sijoenjoeng VRIJ
OPINI | 20 March 2014 | 13:13


Sijunjung adalah salah satu kabupaten di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini adalah Muaro Sijunjung,,merupakan wilayah yang memiliki luas 3.130,80 km² yang terdiri dari 8 kecamatan dengan jumlah penduduk lebih dari 202.000 jiwa (Wikipedia ) …
Cukup ironis, dengan sumber saya kita yang
berkelimpahan itu ,kita (Sijunjung ) masih kalah saing dibandingkan dua
saudara muda Sawahlunto dan Dharmasraya, Apa yang
dirasakan daerah sampai saat ini tidaklah banyak berubah, memang kita
baru saja lepas dari gelar “Kabupaten Tertinggal” namun masyarakatnya
masih terjajah.. terjajah dalam ekonomi yang tidak merata, pendidikan
yang semeraut, dan generasi muda yang terlena.. kita belum sepenuhnya
MERDEKA!!
Kita yang punya sumber daya alam yang berlimpah
tersebar di pelosok daerah belum mampu meng optimalkan potensi tersebut
dengan sebenar benarnya.. SDA yang mampu menunjang perekonomian daerah
nyatanya masih dinikmati oleh hanya sebagian kaum elite. Perbedaan kelas
sosial dan ekonomi masih tampak antara kaum borjuis Sijunjung ( PNS,
Takur, Politisi ) dengan kaum proletar ( Buruh, petani karet )… pedagang
dan UKM masih berorientasi Daerah dan propinsi, inipun masih sekedarnya
saja, belum tampak prospek yang jelas.
Pendidikan yang digadang gadang menjadi titik acuan
nyatanya hanya melahirkan generasi generasi pengangguran, dengan
kreatifitas sedanya dan kurang ditempa oleh para “government” di
Sijunjung tentulah hal ini akan berjalan ditempat saja. Apalagi dengan
tidak diimbangi oleh pendidikan akhlak yang kuat di rumah maupun
disekolah. Kita jumpai banyak
sarjana2 pintar lahir, tapi masih berpatokan pada satu kata yakni
“PNS”, kalau tidak ya “nganggur” ,, banyak sarjana pintar lahir tapi
pintar secara akhlak sulit ditemukan, kalaupun ada itu hanya sementara,
sampai dia dihadapkan dgn kekuasaan dan uang,
Generasi muda yang menjadi tonggak kemajuan daerah
seolah masih dibatasi ruang geraknya oleh kelemahan kelemahan dalam
tatanan pemerintahan di sijunjung ini.. sama halnya dengan Hatta.. yang
dihargai di Belanda namun harus tersingkir di negeri sendiri.. begitu
juga halnya anak muda kita , para orang tua bersusah payah menyekolahkan
anaknya diluar daerah dengan titik peluh dan bercak darah ,,dan al
hasil , lagi lagi harus tersingkir ketika kembali ke ranah “lansek
manih” ( langsat manis ) .. Ada apa gerangan ?? kita abaikan isu oknum
oknum yang mempolitisi di jajaran birokrasi, potret nyata kita memang
masih kalah saing dengan SDM “kaum pendatang” ( baca orang luar
kabupaten ) .
Kepada siapa lagi masyarakat akan mengadu dan
mengemis akan nasibnya yang kian hari kian tak jelas mengikuti arus
perkembangan zaman dan politik “munafik” jajaran elite.. kepada wakil
rakyat?? Sekarang siapa yang percaya mereka ,,skrang
wakil rakyatlah yg memegang monopoli inisiatif, bukan masyarakat.
Bahkan terkesan agresif dlam mnyampaikan gagasan bahkan kemauan.
Sementara masyarakat cuma mengikutinya secara pasif.. Tak heran wakil rakyat masih menentukan hitam putihnya masyarakat… Wakil rakyat sok pemimpin rakyat.
Masyarakat seakan
dibatasi,, tidak berbicara malah ditindas , berbicara malah dianggap
pembangkang. alangkah enaknya pemerintah jika kita tidak pernah bersuara
lantang seperti sekarang ini, “public sphere” ( baca media massa lokal )
sebagai media pembelajaran bagi masyarakat disini malah masih terkesan
diintervensi oleh jajaran elite, sehingga masyarakatnya masih terpaku
pada berita berita bohong nan indah.. seolah berada di neverland, negeri
indah yang nyatanya tidak pernah ada. Kita belum sepenuhnya merdeka..
kita masih terjajah oleh ketidak pastian, kemana kita akan membawa
negeri ini,”Lansek manih” yang masih terjajah ini… haru biru berbalut
duka, anak muda yang merana masih sempat berpikir kita baik baik saja..
Mari bangkit, bersatulah wahai anak muda dan seluruh masyarakat sijunjung untuk SIJUNJUNG MERDEKA, SIJOENJOENG VRIJ …..
“Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa
dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk
pekerjaan kita selesai ! Berjuanglah terus dengan mengucurkan
sebanyak-banyak keringat. “Tuhan menciptakan bangsa untuk maju melawan
kebohongan elit atas, hanya bangsanya sendiri yang mampu merubah nasib
negerinya sendiri.”” (, 1950 Bung Karno)
0 komentar:
Posting Komentar